PEMANFAATAN ENERGI SURYA

PEMANFAATAN ENERGI SURYA KEDALAM BANGUNAN
Penggunaan energi surya umumnya dibedakan antara pemanfaatan secara tidak langsung, yaitu dengan mengolah pergerakan angin sebagai efek tidak langsung energi surya, maupun pemanfaatan secara langsung. Dalam sistim ini dibedakan antara sistim thermosyphoning, yang memanfaatkan panas radiasi matahari melalui benda padat, cair, udara, dan  sistim foto-voltaik (PV system) yang meng konversikan panas matahari langsung menjadi arus listrik dengan bantuan sel surya (PV cell).

ARSITEKTUR SURYA DENGAN SISTIM SURYA AKTIF DAN PASIF
Arsitektur surya dapat di definisikan sebagai tatanan arsitektur yang memanfaatkan teknologi energi surya baik secara langsung maupun secara tidak langsung kedalam bangunan secara maksimal, dimana elemen elemen ruang arsitektur (lantai, dinding, atap, langit langit, aksesoris bangunan) berfungsi sebagai suatu sistim surya aktif maupun sistim surya pasif. Pada umumnya arsitektur surya ini mempunyai identitas sebagai tipologi arsitektur untuk konservasi energi. Sistim Surya Aktif (active solar system) merupakan suatu teknologi yang memanfaatkan energi surya dalam bangunan melalui konversi energi cahaya menjadi energi panas dengan bantuan peralatan peralatan mekanis untuk tujuan pemanasan air domestik, pemanasan dan pendinginan ruang atau melalui konversi energi cahaya menjadi energi listrik untuk tujuan penerangan/penggunaan alat alat elektronik lainnya. Sistim Surya Pasif (passive solar system) merupakan suatu teknik pemanfaatan energi surya secara langsung dalam bangunan tanpa atau seminimal mungkin menggunakan peralatan mekanis, melalui perancangan elemen elemen arsitektur (lantai, dinding, atap, langit langit, aksesoris bangunan) untuk tujuan kenyamanan manusia (mengatur sirkulasi udara alamiah, pengaturan temperatur dan kelembaban, kontrol radiasi matahari, penggunaan insulasi termal). Terdapat banyak teknik sistim surya aktif/pasif yang bisa di implementasikan di Indonesia sehingga memerlukan analisis yang akurat untuk menentukan suatu pilihan yang tepat bagi suatu tempat tertentu disini. Karakteristik iklim panas lembab di Indonesia (temperatur 300 C-35 0C DBT-dry bulb temperature dan kelembaban 80%-100% Rhrelative humidity) menuntut sintesis antara arsitektur tropis dengan arsitektur surya yang tentu saja membutuhkan ke piawaian untuk memadukannya. Kriteria teknis fisibilitas penggunaan energi surya disuatu lokasi sedikitnya ditentukan oleh intensitas radiasi matahari (kW/M2) yang diukur dengan pyranometer dan jumlah hari cerah (hari/tahun atau jam/hari) yang diukur dengan solarimeter.

Ditulis Oleh : ANDITRIPLEA

SOBAT, ANDITRIPLEA MENGUCAPKAN TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG DI BLOG INI;

0 komentar:

Posting Komentar

;

TEMAN-TEMAN PENGUNJUNG BLOG INI, DI "LIKE" YA..

Artikel Terbaru Via Email
Dapatkan kiriman artikel terbaru dari blog ini langsung ke email Anda.!!!

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes