ARSITEKTUR SURYA

ARSITEKTUR SURYA
Energi surya merupakan sumberdaya alternatif yang prospektif karena energi surya merupakan sumber energi yang dapat diperbarui dan tidak menimbulkan polusi. Potensi energi surya di Indonesia yang berada dijalur khatulistiwa memungkinkan penggunaan secara langsung dalam bangunan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Implementasi teknik pemanfaatan energi surya kedalam bangunan secara integratif menimbulkan tantangan spesifik dalam perancangan arsitektur dan merupakan embrio pewujudan suatu tatanan arsitektur baru yang dikenal sebagai “arsitektur surya”
Sejak lama arsitektur dinyatakan sebagai tatanan ruang tiga dimensi yang mempunyai karakteristik bentuk dan material serta dibatasi oleh dimensi tinggi, panjang dan lebar. Pemahaman artikulasi makna matahari dalam arsitektur menambahkan dimensi keempat, yakni waktu. Dengan dimensi waktu sebagai elemen disain, arsitektur bukan hanya mengandalkan dari estetika bentuk semata, tetapi bergerak dari suatu kreativitas statis menuju suatu inovasi yang dinamis. Bentuk di definisikan kembali, bukan hanya sebagai penampilan (appearance), melainkan sebagai kinerja (performance) dimana seni bangunan bukan hanya masalah penampilan bangunan semata, tetapi juga mampu mewujudkan kinerja bangunan yang maksimal. Bangunan bangunan yang direncanakan memanfaatkan matahari dan iklim sebagai sumber energi primer haruslah dirancang untuk mengakomodasi perubahan perubahan sebagai konsekwensi siklus iklim secara harian, musiman maupun tahunan dan mengalami versi cuaca yang berbeda sesuai dengan keberadaannya pada suatu garis lintang geografis tertentu dibumi ini. Setiap bangunan berada disuatu daerah klimatik yang berbeda setiap menit setiap hari. Disini peran arsitek adalah belajar untuk meng optimasi hubungan bangunan dengan iklim spesifiknya dalam tahapan tahapan perancangan. Karena setiap bangunan ber interaksi dengan lingkungan suryanya masing masing, permasalahan yang timbul adalah bagaimana pengolahan hubungan ini menguntungkan bagi manusia. Karena itu bangunan bangunan yang memanfaatkan energi surya pada faktanya merupakan versi romantik dari pemahaman penggunaan sumber energi baru yang melahirkan kriteria perancangan arsitektur yang baru pula. Bangunan sadar energi (termasuk arsitektur surya) mencari hubungan simbiotik dengan lingkungannya dan menengahi kebutuhan penghuni bangunan dengan kondisi iklimnya. Ia mengandalkan pada sumber daya dan pola matahari untuk penerangan, pemanasan maupun pendinginan untuk waktu waktu tertentu, pada sirkulasi angin untuk kenyamanan dan beralih pada sistim kenyamanan buatan hanya apabila terjadi kondisi cuaca yang ekstrim pada saat saat yang tertentu saja. Pada waktu disain pasif memerlukan suatu sistim aktif sebagai penunjang, bangunan sadar energi mengambil keuntungan teknologi teknologi baru yang memungkinkannya mengandalkan sumberdaya energi yang dapat diperbaharui (matahari dan angin) dan menempatkan sistim yang bersumber energi fosil (minyak bumi) sebagai sumber cadangan terakhir (the last resort resource). Arsitektur surya dapat di identifikasikan sebagai arsitektur sadar energi yang merupakan sintesis tempat dan waktu (time and place).

Ditulis Oleh : ANDITRIPLEA

SOBAT, ANDITRIPLEA MENGUCAPKAN TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG DI BLOG INI;

0 komentar:

Posting Komentar

;

TEMAN-TEMAN PENGUNJUNG BLOG INI, DI "LIKE" YA..

Artikel Terbaru Via Email
Dapatkan kiriman artikel terbaru dari blog ini langsung ke email Anda.!!!

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes